Tradisi Aqiqah Suku Sasak di Pulau Lombok


Tradisi aqiqahan di Suku Sasak dinamakan Ngurisan. Tradisi ngurisan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur orang tua karena telah di karuniakan seorang bayi oleh Sang pencipta. Tradisi yang sudah di wariskan turun temurun ini sampai detika ini masih dilestarikan. Suku Sasak memang salah satu suku di Nusantara yang terkenal akan keteguhannya mempertahankan tradisi nenek moyang. Dan inilah yang menjadi daya tarik Suku Sasak.

Masyarakat Sasak. 
Tradisi seperti ini terancam akan ditinggalkan oleh masyarakat. Keberadaan jasa aqiqah yangmenyederhanakan prosesi aqiqah tentu akan memberikan dampak keberlangsungan tradisi Ngurisan ini. Seperti halnya tradisi Akeke di Jakarta yang pelaksanaannya sudah di alihkan kepada penyedia jasa aqiqah di jakarta, maka tidak tertutup kemungkinan di beberapa daerah akan seperti itu.

Prosesi Ngurisan, Tradisi Aqiqah Suku Sasak

Ngurisan ini biasanya di lakukan secara sederhana pada hari-hari besar islam, seperti Maulid nabi, Isra’ Mikraj, lebaran dan hari spesial lainnya, sedangkan aqiqah dilaksanakan beberapa hari setelah kelahiran. Biasanya keluarga sudah menetapkan bahwa pada hari tertentu akan mengadakan acara ngurisan. Sejak saat itulah orang tua si bayi akan melakukan persiapan dalam pelaksanaan Ngurisan. Ngurisan sendiri adalah serangkaian acara sebagai berikut :

Serakalan /Srokal

Rangkaian acara pertama kali dimulai pada malam harinya di mushola atau masjid. Acara pertama tersebut disebut serakalan yaitu membacakan sholawat nabi. Acara ini hmpir mirip dengan acara Sholawatan di Jawa ketika menyambut kelahiran bayi. Dalam acara ini dipersiapkan mangkuk yang telah diisi air, gunting dan bunga sandat atau bunga kertas, yang akan di taruh di dalam airnya.

Tebeu bulu panas

Acara setelah Serakalan adalah tebeu bulu panas. Dalam acara ini bayi di bawa ke masjid atau musholla untuk di potong rambutnya oleh yang mempimpin acara serakalan. Pemotongan rambut pertama kali dilakukan pada rambun yang berada di bagian atas kepala bayi dengan harapan bayi tersebut tidak mudah sakit.

Bayi yang telah dipotong rambutnya di bagian atas tersebut dibawa berkeliling ke warga sekitar yang ikut serakalan untuk ikut memotong rambut bayi tersebut. Namun sebagian dari warga ada pula yang hanya mengusap rambut bayi tersebut sambil mendo’akan bayi agar menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.

Roah

Roah adalah ungkapan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dimana hal ini terlihat pada pembacaan tahlil, tasbih, tahmid dan serangkaian doa. Pada acara Roah ini akan disediakan berbagai makanan dan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki baik itu keluarga dekat atau tetangga. Sisa makanan (tun dulang) dari orang-orang yang roah itu di makan secara bersama oleh keluarga ataupun tetangga sekitar yang ikut dalam kegiatan itu. Acara ini adalah begibung yang mencerminkan kekerabatan dan persaudaraan.

Rugut Kepeng

Acara selanjutnya adalah acara rugut Kepeng yang dibarengkan dengan acara memandikan bayi. Acara inin dilakukan oleh belian dengan tujuan agar bayi tersebut ketika dewasa menjalani kehidupan dengan lancar. Di dalam bak mandi yang di gunakan untuk memandikan bayi tersebut di taruh daun agah, bunga kertas, uang logam yang nanti diperebutkan oleh anak-anak.

Aqiqah bayi baru lhir. Sumber kemdikbud.go.id
Selesai dimandikan maka anak-anak akan saling berebut uang logam yang sebelumnya telah di taruh di bak mandi. Anak yang tidak mendapat uang akan diberikan oleh orang tua bayi tersebut. Artinya berebut uang logam disini hanya dijadikan hiburan bagi anak-anak karena semua anak nantinya akan mendapat uang.

Ada kepercayaan masyarakat yang berlaku disana bahwa air bekas mandi anak tersebut akan memberikan manfaat pada mata karena air yang digunakan untuk memandikan bayi ada rendaman keramat. Ketika proses pemandian bayi tersebut selalu disediakan keramat yaitu benda yang berbentuk gelang, dan terdapat uang bolong atau kepeng bolong. Keramat ini tidak dimiliki oleh semua orang melainkan dimiliki oleh belian atau yang mempunyai ahli spiritual saja, Benda ini dipercaya mampu menyehatkan penglihatan.

Demikian uraian tentang tradisi aqiqah Suku Sasak. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua, jangan lupa membaca artikel kami lainnya tentang wisata Gunung Tunak di Lombok. Terima kasih.

Belum ada Komentar untuk "Tradisi Aqiqah Suku Sasak di Pulau Lombok"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel